Putri malu atau dalam bahasa ilmiah Mimosa pudica L. adalah tumbuhan dengan ciri daun yang menutup dengan sendirinya saat disentuh dan membuka kembali setelah beberapa lama. Tanaman berduri ini termasuk dalam klasifikasi tanaman berbiji tertutup (angiospermae) dan terdapat pada kelompok tumbuhan berkeping dua atau dikotil. Tumbuhan berdaun majemuk menyirip dan daun bertepi rata ini memiliki letak daun yang behadapan serta termasuk dalam suku polong-polongan.
Tanaman ini memiliki banyak sekali nama lain sesuai sifatnya tersebut. Di antaranya makahiya (Filipina, berarti malu), Mori Vivi (West Indies), nidikumba (Sinhala, berarti tidur), mate-loi (Tonga, berarti pura-pura mati) . Dalam bahasa Cina tanaman ini berarti rumput pemalu. Pudica sendiri dalam bahasa latin berarti for malu atau menciut.
Sebenarnya tanaman ini banyak sekali khasiatnya, dan mungkin hanya sedikit orang yang mengetahuinya.
Rasanya manis, sifatnya agak dingin, astringen. Herba putri malu berkhasiat sebagai penenang (transquillizer), peluruh dahak (ekspektorant), peluruh kencing (diuretik), obat batuk (antitusif), pereda demam (antipiretik) dan anti radang. See, banyak khan khasiatnya, walaupun ternyata dia hanya tanaman yang kadang tak pernah kita perhatikan, atau bahkan kita acuhkan
Tanamanya ini benar-benar mengilhamiku untuk menulisakan sesuatu. Aku ingat, Rasulullah pernah bersabda
Malu adalah cabang dari cabang-cabang iman sebagaimana hal itu diriwayatkan di dalam sebuah hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam Maka barang siapa sedikit rasa malunya berkuranglah keimanannya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, Artinya, “Rasa malu itu tidak datang melainkan dengan membawa kebaikan.” Dan di dalam satu riwayat Muslim: Artinya,”Rasa malu itu baik semuanya,” atau beliau bersabda, “Semuanya adalah baik” Berkata Salman al Farisi, “Sesungguhnya apabila Allah menghendaki kehancuran seorang hamba, maka Dia cabut rasa malu dari dirinya.
Jika rasa malu telah tercabut darinya, maka ia tidak menemui Allah, melainkan di dalam keadaan terlaknat dan dimurkai” Seorang penyair berkata, “Maka demi Allah, tidak ada lagi kebaikan dalam kehidupan Dan dalam dunia ini, …bila rasa malu telah pergi Orang itu akan hidup dengan baik selagi memiliki rasa malu” Sebagaimana ranting kayu akan lestari jika kulitnya masih abadi Penyair lain berkata: Sesungguhnya aku melihat Bahwa orang yang tidak memiliki rasa malu Dan tidak pula (memiliki) amanah Ibarat orang telanjang ditengah-tengah manusia
Apakah kita masih memiliki sifat malu pada Allah ? Sebenarnya sifat malu pada Allah itu apa dan bagaimana sih ?
Teringat akan sebuah tragedi yang dialami si kecil Khaerunisa yang meninggal karena sakitnya yang tak tertolong karena ayah Chairunisa tidak mampu membiayai biaya pengobatan.
Bahkan tidak ada seorangpun yang peduli dengan apa yang terjadi pada keluarga pak Supriono.
Apakah pada saat peristiwa ini terjadi, ada perasaan malu pada diri kita ? Mungkin saja, dan mungkin saat membaca berita tentang Khaerunisa kita merasa begitu malu, karena kita sama sekali tak bisa melakukan apapun. Tapi apakah perasaan seperti ini hanya berlangsung saat ada peristiwa ini saja. Setelah tragedi Khaerunisa berlalu, kesedihan dan rasa malu kita juga hilang bersama mayat pucat Khaerunisa yang di kuburkan ?
Bisakah kita bertindak seperti halnya Mimosa Pudia yang selalu menunduk malu ?.....tapi jgn malu-maluin ya…
5 komentar:
asal gak malu2in aja. he he he..tks dah mampir. lam kenal juga
Fotonya bagus! Salam kenal ya...
Salam KenaL juga Putri Malu
Jangan terlalu sering Malu2 Kucing ^_^
Laskar Pelangi
Salam kenal balik Putri
this is awesome.
Post a Comment
SAHABAT YANG BAIK SENANTIASA MEMBERIKAN KOMENTAR YANG BAIK PULA